<?php echo $berita_read->judul_berita ?>

YOGYAKARTA (ILKOM) – Menjadi seorang Creative Person di industri televisi ternyata tidak mudah seperti yang dibayangkan lho. Ada banyak tantangan dan rintangan yang harus dijalani. Mulai dari persiapan produksi hingga pasca produksi yang banyak menguras tenaga dan waktu. Namun jangan patah semangat dulu, untuk bisa menjadi seorang creative person yang profesional di dunia industri televisi perlu belajar nih kepada cewek satu ini yang sudah malang melintang sebagai creative person MNCTV khusus diundang oleh Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, Universitas Respati Yogyakarta. 

Mbak Indri, sapaan akrab empunya nama lengkap Indriyaniyah Saputri ini dengan sangat senang mau berbagi pengalamanya menjadi creative person di MNCTV dalam Webinar Broadcasting Televisi bertajuk "Kreatif Program Acara Televisi: Memahami Proses Produksi dan Kreatifitas di Industri Televisi" yang digelar Senin (18/07/2022) lalu melalui aplikasi Zoom.

Webinar yang diikuti oleh seluruh mahasiswa angkatan 2021 hingga 2018 dan dosen Prodi Ilmu Komunikasi UNRIYO idan dimoderatori oleh Triyanto, Kepala Lab Prodi Ilmu Komunikasi UNRIYO ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh Prodi Ilmu Komunikasi UNRIYO dalam menunjang pembelajaran mahasiswanya khususnya peminatan broadcasting atau penyiaran. Dalam webinar ini mbak Indri memberikan gambaran umum bagaimana budaya kerja dalam industri pertelevisian dan juga bagaimana tayangan itu bisa berlangsung dan ditayangkan di seluruh jaringan televisi.

“Wah menarik sih ya kalau membahas tentang bagaimana saya di sini, saya itu awalnya masuk dalam proses recruitment sampai akhirnya lolos dan masuk MNCTV, saya juga sempat berpindah-pindah bagian dan acara nih, jadi ya ga di situ-situ saja, dulu saya masuk di The Voice Kids, terus sekarang masuk di Creatifnya acara siraman qalbu MNCTV”, kata Indri.

Indri juga membagikan pengalamannya bahwa memang tidak semudah yang dibayangkan untuk bekerja di televisi, ada banyak tantangan dan halangan juga pengorbanan yang dilakukan, juga lelah dan tenaga yang dikerahkan, misal dalam produksi sebuah acara pencarian bakat hal tersebut dapat memakan banyak waktu dan persiapan.

“Berbicara tentang produksi ini sangat luar biasa ya, kalau bisa dibilang harus kerja cukup ekstra, apalagi kalau acara yang di produksi itu acara pencarian bakat wah....itu bisa dari pagi sampai malam baru selesai, contohnya saja saya pernah terlibat dalam acara pencarian bakat, ya mungkin kalian tahu itu The Voice Kids Indonesia, saya pernah pegang acara itu jadi kalau tidak salah waktu itu kita pernah mulai acara secara tapping jam dua belas siang dan baru selesai tengah malam, bisa ke bayang kan bagaimana luar biasa lelahnya” ungkapnya.

Indri melanjutkan bahwasanya proses pembuatan acara televisi itu memiliki kesulitannya masing-masing tergantung acara dan bagaimana penayangannya, misal dalam acara yang di ambil secara off air atau tapping, biasanya akan memakan waktu yang cukup lama, karena apabila ada kesalahan dari talent atau pengisi acara maka scene atau pengambilan gambar akan diulang sampai dengan selesai, belum lagi pada bagian editing itu juga memakan waktu yang cukup banyak. Berbeda dengan pengambilan secara tapping, penayangan acara secara live atau siaran langsung cenderung lebih mudah dan cepat, karena memang tidak perlu adanya pengulangan pengambilan gambar karena kesalahan teknis ataupun dari pengisi acaranya dan juga tanpa harus melalui proses editing yang cukup memakan waktu.

Salah satu peserta dari mahasiswa angkatan 2020, Dini Anggraeni mulai tergelitik untuk menanyakan sesuatu mengenai bagaimana sebuah program televisi ini dibuat, bagaimana sebuah acara televisi mengundang narasumber dan bagaimana acara bisa berjalan sesuai dengan tujuan di tayangkannya acara tersebut.

“Pada kasus artis Nirina Zubir yang kemarin sempat viral kan dia diberikan kesempatan untuk mengklarifikasi kasus dengan pembantunya sendiri terkait perebutan secara paksa surat-surat tanah yang dilakukan di salah satu stasiun televisi swasta, namun ketika acara tersebut sedang berlangsung dari sang pengacara tersangka malah memojokkan Nirina dan alhasil membuat Nirina walk out  dari acara tersebut padahal acara tersebut belum selesai, nah bagaimana tanggapan mbak Indri dari sudut pandang pegawai televisi sendiri mengenai hal itu?” tanyanya.

Mendengar pertanyaan kritis dari mahasiswa, Indri pun mencoba untuk memberikan tanggapan. Menurutnya stasiun televisi seharusnya bisa lebih bijak dalam menayangkan acara, dan harus di koordinasikan dengan baik di belakang layar agar hal-hal yang tidak diinginkan seperti ini tidak terjadi. 

“Setiap narasumber yang diundang dalam sebuah acara penting untuk dilakukan breafing terlebih dahulu agar kembali lagi, hal-hal seperti ini tidak akan terjadi dan permasalahan tersebut dan penontonnya bisa menemukan titik terang dari acara tersebut”, katanya.

Selain itu dalam sesi tanya jawab ini juga ada salah satu peserta yang bertanya mengenai apakah benar dalam sebuah acara televisi harus disusupi oleh gimmik atau sensasi agar acara tersebut berjalan dan mendapat perhatian dari masyarakat.

“ Well... tidak bisa dipungkiri ya bahwa memang benar acara televisi itu harus ada gimmic nya, ya karena kalau tidak bisa dibilang acaranya akan kurang berwarna dan terkesan flat, namun perlu digaris bawahi bahwa gimmic tersebut tidak berlebihan. Saya selaku tim kreatif mengakui adanya hal itu dalam sebuah acara, karena hal itulah yang dapat menjual program yang kami buat sehingga acara tersebut dapat berjalan dan mendapatkan atensi yang besar bagi penonton televisi, yang kemudian akan berpengaruh kepada nilai rating itu sendiri, semakin tinggi rating sebuah acara maka akan semakin menguntungkan bagi kami” jawabnya.

Disela-sela sesi tanya jawab Indri juga menjelaskan bahwa rating dalam sebuah acara televisi memang bukan segalanya, tapi dari rating itulah yang kemudian akan membuat sebuah acara memiliki durasi tayang yang lebih lama dan dapat menguntungkan bagi sebuah perusahaan televisi. Setiap acara pada televisi umur tayangannya dipengaruhi dari rating, apabila rating acara tersebut tinggi dan daya minat masyarakat dalam menonton acara tersebut juga tinggi, maka tentu acara tersebut akan memiliki umur tayang atau jumlah episode yang panjang. 

Ia kembali menjelaskan bahwa sebuah acara baru akan dihentikan apabila tidak memenuhi target pasarnya, karena pada pengalamannya acara baru yang dibuat sampai dengan tiga episode kemudian dihentikan penayangannya karena dianggap tidak menguntungkan, dan dianggap tidak memenuhi target, alhasil daripada acara tersebut terus dibuat namun tidak mendapatkan respons positif dari khalayak maka acara tersebut dihentikan produksi dan penayangannya. 

“Bekerja dalam industri televisi harus memiliki daya kreatif yang tinggi, selain itu juga harus bisa bekerja dalam tim, juga harus siap dalam mental dan fisik karena bekerja di industri televisi sungguh berat dan tidak mudah, dan harus siap terus belajar dan berintegritas”, ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Program Sarjana FISE UNRIYO, Dian Rhesa Rahmayanti memberikan apresiasi atas terlaksananya kegiatan webinar ini.

“Prodi Ilmu Komunikasi UNRIYO selalu memberikan kejutan-kejutan bagi mahasiswanya untuk dapat lebih meningkatkan skill dan knowledge di bidang broadcasting dan jurnalistik fotografi dari praktisi-praktisi yang memiliki kompetensi”, ujarnya. (Penulis: Ibnu Bastian Nur Dwi Cahyo. Editor: CS)

 

Follow INSTAGRAM : @ilkom_unriyo 
FACEBOOK : Prodi Ilmu Komunikasi Unriyo 
YOUTUBE CHANNEL : Prodi Ilmu Komunikasi UNRIYO

 

.

Berita Sebelumnya UNRIYO_TEC, Pengembangan Kerjasama pada Tridarma Perguruan Tinggi
Berita Selanjutnya ISTIMEWA...!!! UKM OLAHRAGA DIVISI TAEKWONDO UNRIYO MENYABET 7 MEDALI DALAM EVENT KEJUARAAN…